Jakarta (WartaMerdeka) – Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI AL (Pushidrosal) meminta masyarakat mewaspadai cuaca ekstrem dan gelombang tinggi serta rob di perairan Pantai Samudera Hindia pada akhir mei 2020. Cuaca ekstrem dan gelombang tinggi kemungkinan bisa terjadi lagi di pesisir pulau-pulau Indonesia yang berbatasan dengan Samudera Hindia. Namun, masyarakat diharap tenang dan tetap waspada terhadap kemungkinan dampak yang timbul terutama kepada mereka yang beraktivitas di sepanjang pantai, karena ini merupakan fenomena alam. Ini disampaijan Kepala Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI AL (Kapushidrosal) Laksda TNI Harjo Susmoro di Mako Pushidrosal, Ancol Timur, Jakarta Utara, (29/05), menanggapi fenomena banjir di pesisir dan gelombang tinggi yang terjadi di Bali dan Lombok. Menurut Kapushidrosal, gelombang tinggi yang menghantam pantai selatan Bali dan Lombok dan puncaknya pada Kamis, 28 Mei 2020 merupakan fenomena alam bersumber dari dua kejadian berbeda yang secara sekuen ada dalam waktu bersamaan, yaitu kejadian angin kencang akibat Topan Amphan di Samudera Hindia Timur Laut yang menimbulkan gelombang tinggi dan tinggi muka air laut di Bali dan Ampenan yang pada saat itu masuk ke periode Spring Tide dimana tunggang air besar (Benoa tercatat 1,5 m dan Lembar 1,2 m).
Masyarakat pesisit Pantai Samudera Hindia harap waspada adanya perubahan cuaca |
Cuaca ekstrem dan gelombang tinggi kemungkinan bisa terjadi lagi di pesisir pulau-pulau Indonesia yang berbatasan dengan Samudera Hindia. Namun, masyarakat diharap tenang dan tetap waspada terhadap kemungkinan dampak yang timbul terutama kepada mereka yang beraktivitas di sepanjang pantai, karena ini merupakan fenomena alam.
Ini disampaijan Kepala Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI AL (Kapushidrosal) Laksda TNI Harjo Susmoro di Mako Pushidrosal, Ancol Timur, Jakarta Utara, (29/05), menanggapi fenomena banjir di pesisir dan gelombang tinggi yang terjadi di Bali dan Lombok.
Menurut Kapushidrosal, gelombang tinggi yang menghantam pantai selatan Bali dan Lombok dan puncaknya pada Kamis, 28 Mei 2020 merupakan fenomena alam bersumber dari dua kejadian berbeda yang secara sekuen ada dalam waktu bersamaan, yaitu kejadian angin kencang akibat Topan Amphan di Samudera Hindia Timur Laut yang menimbulkan gelombang tinggi dan tinggi muka air laut di Bali dan Ampenan yang pada saat itu masuk ke periode Spring Tide dimana tunggang air besar (Benoa tercatat 1,5 m dan Lembar 1,2 m).
“Pada saat kejadian gelombang tinggi (28 Mei 2020), bertepatan dengan awal bulan atau kira-kira tanggal 1-5 kalender Hijriah. Kondisi muka laut pada periode ini dikenali dengan beda muka laut yang tinggi yang dikenal dengan Spring Tide. Tercatat beda muka laut pasang dan surut saat kejadian adalah 1,5 m di Benoa dan 1,2 m di Lembar,” jelas Kapushidrosal.
“Pushidrosal juga melaksanakan perekaman data gelombang, namun demikian hanya pada saat pelaksanaan survei hidro-oseanografi berlangsung, tidak seperti pasang surut yang diamati dalam periode panjang,” ungkap Kapushidrosal (ma).
Foto: abri