Maluku (WartaMerdeka) – Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo/SYL meminta kepada jajarannya melakukan pendampingan untuk meningkatkan nilai tambah, daya saing dan keunggulan setiap komoditas pertanian termasuk komoditas perkebunan berupa rempah, yaitu pala. Hal itu disampaikan SYL ketika mengunjungi kebun bibit pala di Desa Seith Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku Tengah (30/5). “Oleh karena itu, kemajuan riset dan teknologi bukan saja dapat mendorong laju pertumbuhan ekonomi tapi juga menjamin adanya nilai tambah bagi petani,” kata SYL. Salah satu teknologi perkebunan dari Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (Balitri) adalah pala varietas Tidore 1, dengan kenggulan lebih tahan terhadap hama penggerek dan penyakit busuk buah serta produksinya rata-rata mencapai 7.500 butir/pohon/tahun. Namun, selama ini kualitas dan kuantitas pala masih rendah karena sebagian besar merupakan perkebunan rakyat dengan cara tradisional dan peralatan seadanya dalam pengolahan dan pascapanen. Padahal, kebutuhan pala di dunia hampir separuhnya dipenuhi dari Indonesia. Volume ekspor pala Indonesia di 2018, masih menurut data Ditjen Perkebunan, sebanyak 20.202 ton setara dengan USD 111,69 Juta. Dan, bila kita tengok sejarah dahulu, perubahan kekuatan negara Eropa di Indonesia juga berawal dari rempah pala di Maluku ini. Jadi, bukab tak mungkin kejayaan masa lalu bisa terulang jika pengelolan pala dengan pendampingan Kementan bisa maju kembali. Rombongan Mentan dalam kunjungan kerjanya juga meninjau Pasar Mitra Tani Maluku, memantau langsung pasokan bahan pangan pokok.
Produksi rempah (Pala) Maluku mesti ditingkatkan dengan pola modern agar kembali kuasai pasar dunia |