Jakarta (WartaMerdeka) – Selama 3 hari pada 30 Juni hingga 2 Juli 2020 melalui video conference, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan Pejabat Uni Eropa melaksanakan pertemuan The Third Working Group on Environment and Climate Change (WGECC). WGECC yang ketiga ini mendaulat Indonesia sebagai tuan rumah. Pertemuan secara resmi dibuka Direktur Jenderal Perubahan Iklim KLHK, Ruandha Agung Sugardiman, dan Direktur untuk Pembangunan Berkelanjutan Global Komisi Eropa, Astrid Schomaker. Indonesia dan Uni Eropa, pada WGECC ketiga ini membahas pentingnya kesinambungan dalam pertemuan working group di bawah Partnership and Cooperation Agreement (PCA). Ruandha dan Schomaker menegaskan kembali komitmen bersama Indonesia dan Uni Eropa untuk meningkatkan kerja sama dalam melindungi lingkungan dan memitigasi perubahan iklim. Selain itu juga untuk memenuhi komitmen kedua pihak terhadap agenda 2030 Sustainable Development Goals (SDG's), Perjanjian Paris, serta perjanjian dan konvensi lingkungan bilateral dan multilateral lainnya. Ruandha menekankan perlunya kerja sama yang lebih baik di saat krisis ekonomi dan kesehatan yang belum pernah terjadi sebelumnya, disebabkan oleh Pandemi Covid-19. Melalui WGECC ini, Indonesia bermaksud untuk menemukan opsi kolaboratif mengatasi tantangan bersama, kini dan mendatang. Opsi ini termasuk berbagi pengalaman praktik dalam pengelolaan hutan lestari, implementasi berbagai konvensi dan kesepakatan terkait perubahan iklim dan lingkungan, konsumsi dan produksi berkelanjutan, ekonomi sirkular, pengelolaan limbah, pengelolaan keanekaragaman hayati yang berkelanjutan, dan mendorong penggunaan energi terbarukan termasuk minyak kelapa sawit. Sementara Schomaker menekankan perlunya bekerja ke arah strategi yang kuat dan efektif untuk mengurangi dan memulihkan masyarakat dari krisis Covid-19. Komitmen Uni Eropa untuk "Pemulihan Hijau", dipandu oleh gagasan Sekretaris Jenderal PBB Guterres, untuk "membangun kembali lebih baik”, tanpa meninggalkan siapa pun di belakang. Schomaker memaparkan European Green Deal (EGD), strategi baru Uni Eropa untuk pertumbuhan berkelanjutan, iklim yang netral, sumber daya yang efisien dan ekonomi sirkular yang menjaga dan mengembalikan keanekaragaman hayati dan kekayaan alam, serta melindungi kesehatan masyarakat dan menciptakan lapangan kerja baru.
Indonesia-Uni Eropa sepakat untuk atasi krisis lingkungan terdampak Covid-19 secara bersama |