Depok (WartaMerdeka) – Salah satu dampak di masa pandemi Covid-19, berimbas ke soal keluarga muda atau baru, yang ingin berkonsultasi tentang rencananya bila ingin memiliki atau menunda keturunan. Hal ini juga diakui Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional/BKKBN, yang menyebutkan, masa pandemi mengakibatkan pengurangan kunjungan masyarakat pada fasilitas kesehatan. Konsekuensinya, pada penurunan jumlah peserta keluarga berencana (KB) aktif, maupun peserta KB baru yang ingin mendapat pelayanan keluarga berencana melalui fasilitas kesehatan. Oleh karenanya, dan dalam rangka memperingati Hari Kependudukan Dunia pada 11 Juli, Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) menggelar Seminar Awam Bicara Sehat ke-20 bertema Perencanaan Keluarga di Era Adaptasi Normal (13/7), secara virtual lewat aplikasi zoom dan live youtube, dengan pembicara yaitu dr. Allan Taufiq Rivai, Sp.OG dan Ns. Eny Dewi Pamungkas S.Kep serta Ns. I Gusti Ayu Putu Desy Rohana, M.Kep, Sp.Kep.Kom sebagai moderator. Allan Taufiq Rivai menyebutkan, persiapan suatu keluarga idealnya telah dilakukan pra-pernikahan, bahkan sudah dimulai jauh-jauh hari sebelum pernikahan. Dapat dimulai sejak remaja yang disebut dengan masa sebelum pembuahan atau masa prakonsepsi. “Persiapan kesehatan sebelum pernikahan akan terlambat jika baru dimulai pada masa kehamilan”, ucap dr. Allan yang sehari-hari bertugas sebagai Dokter Spesialis Obstetrik dan Ginekologi di RSUI tersebut. Masa pra-nikah meliputi persiapan fisik dan penunjang seperti pengecekan kondisi anemia, yaitu kondisi dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal (pada wanita: hemoglobin kurang dari 12 g/dL), pemeriksaan status gizi seperti berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, pemeriksaan laboratorium dan vaksinasi jelang pernikahan bisa dilakukan sejak 3 bulan sebelum pernikahan. “Persiapan kesehatan menjelang pernikahan hendaknya dilakukan oleh calon pengantin baik pria ataupun wanita” imbuhnya. Di era Pandemi ini, upaya-upaya persiapan kesehatan pra-nikah dapat dijalankan dengan tetap melaksanakan protokol kesehatan untuk pencegahan penularan penyakit Covid-19. Misalnya untuk sesi konseling dapat dilakukan dengan telemedicine, ujarnya. Sementara Eny Dewi Pamungkas menyampaikan, KB mempunyai beberapa manfaat, yaitu mencegah angka kematian dan kesakitan ibu dan bayi, mencegah terjadinya tindakan aborsi yang berbahaya serta memberdayakan masyarakat dan meningkatkan edukasi. Ada hal perlu diketahui oleh pasangan dalam menentukan KB, seperti keefektifan, cara penggunaan, cara kerja, efek samping, risiko dan manfaat dan lain-lain. “Hal-hal tersebut harus diketahui oleh pasangan, bukan hanya satu pihak saja,” jelas Eny, yang bertugas sebagai ners primer di poli kebidanan dan kandungan tersebut. Terkait dengan tujuan KB, Allan menambahakan, Pemilihan KB dapat bertujuan untuk menunda kehamilan, menjarangkan kehamilan, atau ingin berhenti memiliki keturunan. “Tidak perlu kuatir KB akan membuat kehamilan jadi tertunda. Dapat dipilih KB dengan tingkat kembali hamil lebih cepat, bila tujuannya untuk menunda kehamilan.” terang dr. Allan.
Pengetahuan pra nikah menjadi penting untuk membina rumah tangga yang lebih harmonis |