Kongo (WartaMerdeka) – Saat turut serta membebaskan sandera seorang dokter warga Amerika Serikat/AS di Kongo, Satgas TNI yang sedang menjalani misi perdamaian di bawah bendera Perserikatan Bangsa-Bangsa atau PBB (UN: United Nations), melakukan berbagai strategi tepat agar tak timbul korban jiwa. Menurut Komandan Satuan Tugas (Dansatgas) TNI Kontingen Garuda (Konga) XXXIX-B Rapid Deployable Battalion (RDB) Mission de lOrganisation des Nations Unies pour La Stabilisation en République Démocratique du Congo (MONUSCO), Kolonel Inf. Daniel Lumban Raja beberapa hari lalu, kejadian berawal pada 22 Maret 2020, Satgas TNI Konga XXXIX-B RDB mendirikan Static Combat Deployment (SCD) Lubhicako, Sud Kivu dalam rangka Protection of Civilian (POC) dan pengamanan Joint Investigation Team (JIT) Monusco dengan misi kemanusian penanganan korban kekerasan seksual oleh Milisi di sekitar desa Lubhicako. Kegiatan JIT dilaksanakan selama sepuluh hari, dimulai pada 24 Juni 2020. Namun saat berlangsung, tepatnya 28 Juni 2020, terjadi penculikan terhadap Dokter Sarah Voznick berkewarganegaraan AS yang bertugas sebagai dokter dari organisasi kedokteran non Pemerintah Médecins Sans Frontières (MSF) di wilayah Lulimba, Sud Kivu, Kongo. Penculikan dilakukan sekelompok Bandit bersenjata dari daerah Lulimba merupakan Area Of Responsibility (AOR) Pakbatt 3. Setelah beberapa waktu lamanya, korban penculikan tidak ditemukan, sehingga dilakukan pemindahan SCD Lubhicako ke Lulimba yang berjarak sekitar 20 km dalam rangka pencarian korban. Tim Satgas TNI bersama MSF, Komandan SCD Lulimba, Chief Village, Regiment Commander FARDC, Commander Local Police, di Kampung Lulimba melakukan negosiasi guna membebaskan sandera serta mengantisipasi segala kemungkinan resiko dari situasi nanti yang berkembang.
Dengan negosiasi yang baik dari semua pihak, sandera bisa dibebaskan tanpa menimbulkan korban |