Jayapura (WartaMerdeka) – “Kepada saudara-saudariku masyarakat Papua yang saya cintai, marilah kita akhiri semua itu. Sudah cukup kita berjalan dalam
![]() |
Ketua P5 ajak Masyarakat Papua bersatu membangun daerah dan adatnya bersama NKRI |
Hal ini diutarakan salah satu tokoh masyarakat Papua, Yanto Khomlay Eluay, pada acara Deklarasi “Pemuda Papua Bangkit” bersama Ormas Pemuda Pancasila (PP) dan Presidium Putra-Putri Pejuang Pepera (P5), di Sentani, Jayapura, Papua (4/12). Yanto yang juga Ondolofo Kampung Sereh Sentani, menyampaikan beberapa pandangannya tentang Tanah Papua, yang belakangan dihadapi berbagai kekerasan sosial hingga bersenjata.
Pertama, kewajiban dan tanggungjawabnya sebagai Pimpinan Masyarakat Hukum Adat adalah wajib menyelamatkan dan melindungi masyarakat adat dari semua aspek termasuk mati dan hidupnya. Masyarakat papua jangan mati kelaparan, kekurangan gizi, karena kebodohan dan lebih khusus mati karena ideologi yang diyakininya.
Kedua, Masyarakat Papua sebagai umat beragama di "Tanah Injil", perlu untuk merevolusi iman dalam arti iman mengalahkan semua keinginan daging sebagai manusia biasa. Setiap masyarakat Papua wajib mewujudkan "Wajah Kristus" dalam perilaku hidup dan mendasari hidupnya dengan prinsip mengampuni secara total sebagai refleksi Hukum Tuhan yakni "Kasihilah Sesamu Manusia".
“Dua hal subyektif tersebut yang mendasari pergerakan dan perjuangan saya dalam menyikapi situasi dan kondisi Papua saat ini,” ungkap Putra mendiang Ketua Presidium Dewan Papua, Dortheys Hiyo Eluay.
“Sejarah kelam masa lalu papua merupakan proses dalam menuju kehidupan masyarakat papua yang lebih baik. Masa lalu merupakan suatu pengalaman yang berarti untuk menuju masa depan lebih baik,” jelas Yanyo, sekaligus menanggapi manuver Benny Wenda dan rekan-rekannya di mana pun mereka berada yang masih mencari sensasi di luar negeri mengorbankan rakyat Papua.
Yanto kemudian menyebutkan, adanya keyakinan kelompok tertentu yang ingin memisahkan diri dari Indonesia yaitu mati dalam perjuangan adalah mati suci dan menyamakannya dengan perjalanan bangsa Israel keluar dari perbudakan di Mesir. Hal ini menyebabkan banyak orang Papua mati dengan saling membenci, dendam dan marah terhadap sesama manusia yg berbeda ras dan agama. Semuanya dianggap sebagai kehendak Tuhan untuk mencapai kemerdekaan.
“Saya pernah berada dalam masa dimana berpikir seperti itu. Dalam perenungan hidup, mencari kebenaran sejarah Papua dan melihat masa lalu yang kelam, saya akhirnya mengambil keputusan memulai pergerakan untuk mengakhiri semua itu. Selamat menyambut kelahiran Sang Raja Damai saudara-saudaraku setanah Papua, Damai sejahtera untuk kita semua,” pesan Yanto (ma).