Jakarta (WartaMerdeka) – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Bapaeekraf) bekerja sama denga
![]() |
Pelaku pariwisata juga harus mempersiapkan diri dari kemampuan bahasa asing dalam menjamu wisatawan |
Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kemenparekraf/Baparekraf, Wisnu Bawa Tarunajaya, dalam keterangannya (12/3) mengatakan, “tuntutan dan ekspektasi terhadap kualitas pelayanan pariwisata akan semakin tinggi mengikuti perubahan tren wisata dengan pola/kebiasaan baru, di mana experience benar-benar akan diutamakan. Karena banyak yang harus dipenuhi oleh wisatawan dalam perjalanannya. Peningkatan kualitas pelayanan melalui interaksi yang baik dan komunikatif, serta dapat menciptakan kesan dan pengalaman yang menarik bagi para wisatawan mutlak sangat diperlukan.”
Pelatihan ini, kata Wisnu, bertujuan memberikan dan meningkatkan skill bahasa asing bagi pelaku pariwisata. Menurutnya, skill bahasa asing, terutama bahasa Inggris, punya peranan penting dalam memperkenalkan dan mempromosikan potensi wisata yang ada di masing-masing daerah kepada wisatawan mancanegara.
“Oleh karena itu, melalui pelatihan daring bahasa Inggris ini diharapkan akan meningkatkan kemampuan pelaku pariwisata atau masyarakat lokal dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris. Baik dalam merepresentasikan dan mengenalkan atraksi yang dimiliki daerahnya, budaya, alam, buatan, dan produk-produk lokal, maupun dalam memberikan pelayanan kepada wisatawan. Sehingga di era pascapandemi nanti pelaku pariwisata telah memiliki bekal dan lebih siap”, jelasnya.
Sementara Vice President of Business Development CAKAP, Cecilia Ong, menyebut di era digital ini, bahasa asing memiliki peran sangat penting. Sehingga, selain untuk meningkatkan kompetensi diri, kemampuan berbahasa asing bagi pelaku pariwisata dapat membantu mereka memperoleh informasi tentang karakteristik wisatawan, target pasar, dan perkembangan tren wisata melalui dunia digital.
“Dalam situasi pandemi ini, akan banyak perubahan besar terkait keinginan dan kebutuhan para wisatawan dalam berkunjung ke suatu destinasi wisata. Karenanya, dengan bahasa asing, pelaku pariwisata akan lebih siap dalam memberikan pelayanan yang lebih berkualitas dan sesuai harapan wisatawan,” ucap Cecilia.
Sebanyak 150 orang peserta dinyatakan lolos dari 550 orang yang mendaftar dan telah dibagi menjadi 17 kelas sesuai hasil Placement Test dengan level berbeda-beda. Para peserta merupakan perwakilan dari pelaku pariwisata yang sebagian besar bekerja sebagai pemandu wisata, pengelola homestay, dan pengelola desa wisata/anggota kelompok sadar wisata.
Pelatihan ini dilaksanakan pada Mei hingga Juni 2021, dengan pembelajaran materi melalui Learning Management System (LMS) dan praktik melalui tatap muka dengan tutor profesional secara virtual, serta post test di akhir untuk mengukur capaian pembelajaran (dh/vh).