Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) secara kontinyu membahas pembangunan pelabuhan perikanan Ambon yang baru ata
Ambon Sebagai Lumbung Ikan Nasional, kapasitas pelabuhannya akan dibangun lebih besar |
Asisten Deputi Bidang Investasi Kemenko Marves Jasa Farah Heliantina bersama Kemenhub, Pelindo IV, dan KKP telah berkunjung ke beberapa titik lokasi guna melihat kondisi di lapangan (9/3). World Bank sedang melakukan studi pendahuluan terkait Ambon New Port dan PT SMI juga melakukan hal serupa yang rencananya akan rampung pada Mei 2021.
Menurut Farah, ada tiga hal utama yang harus diperhatikan saat Feasibility Study (FS), yakni aspek teknis, ekonomi, dan dukungan infrastruktur yang harus diberikan pemerintah. Ia juga berharap agar PT SMI dapat aktif berkoordinasi dengan pihak lain.
“SMI diharapkan aktif berkoordinasi dengan Kemenhub, KKP, Pemda, dan Pelindo IV terkait data pendukung untuk penunjang pelaksanaan studi pendahuluan”, jelas Farah. Sebelumnya, alasan pemindahan Pelabuhan Ambon karena keterbatasan pelabuhan perikanan yang lama dan penyampaian usulan World Bank terkait Eastern Indonesia Port-Ied development projects.
Pengembangan Pelabuhan Ambon dan jalan akses mengalami kendala keterbatasan area lahan darat, mengingat lokasinya berada di daerah pusat perdagangan, pemukiman, dan fasilitas umum perkotaan lainnya. Selain itu, terkait Pelabuhan perikanan juga telah mencapai kapasitas maksimum.
Dalam rapat koordinasi tersebut, Farah mengatakan perlu dilakukannya sembilan indikasi linimasa dalam pelaksanaan SP KPBU pelabuhan. Diantaranya kick-off proyek, pengumpulan informasi awal dan penyusunan laporan pendahuluan, analisis kebutuhan, kajian kriteria kepatuhan, identifikasi manfaat badan usaha, analisis potensi pendapatan dan skema pembiayaan, kajian yang memuat referensi internasional atas proyek KPBU sejenis, rekomendasi dan rencana tindak lanjut, serta penyampaian laporan akhir studi pendahuluan.
Di samping itu, dibahas pemanfaatan dan peluang perikanan tangkap terkait estimasi potensi, JTB, dan pemanfaatan di tiga WPP bagian Indonesia Timur. Tercatat status stok pada WPP 714, 715, dan 718 sebanyak 1,2 juta ton, terdiri dari ikan pelagis kecil, ikan pelagis besar, lobster, kepiting, dan rajungan.
Dari angka tersebut, terkait peluang investasi, perlu strategi peningkatan produksi perikanan tangkap dengan memanfaatkan 600 ribu ton (50%) potensi yang dimanfaatkan dan merelokasi izin kapal dari WPP lainnya yang melebihi JTB (jumlah tangkap yang diperbolehkan) ke WPP 714, 715, dan 718 dengan pelabuhan pangkalannya di Maluku. Sehingga nilai yang dapat diperoleh kurang lebih Rp 15 triliun.
Kemudian terkait archipelagic Tuna pada WPP 713, 714, dan 715 terdapat sejumlah hasil tangkapan sedikit di atas limit reference point (fully exploited). Dari hal tersebut, terdapat peluang investasi perlunya meningkatkan ekspor sebanyak 50.000 ton dengan nilai kurang lebih Rp 4 triliun. Untuk mencapainya, perlu strategi peningkatan nilai dan kualitas hasil tangkapan nelayan, khususnya skala kecil (ma)