"Apa yang bisa kita petik adalah hari ini 1 Juni lahirnya Pancasila, kita lepaskan burung Elang atau Garuda untuk mengangkasa menjaga Indonesia," ujar
![]() |
Pelepasliaran Elang di hari Lahirnya Pancasila |
Pelepasliarkan ini sebagai perlambang lahirnya Pancasila menjaga Bangsa Indonesia dari perpecahan. Saat bersamaan, dilakukan juga pelepasliaran Elang Ular Bido (Spilronis cheela) oleh Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Dedi Mulyadi. Kedua satwa Elang ini secara konservasi dimaksudkan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan populasi raptor/top predator di TNGHS. Elang Jawa (Nisaetus bartelsi) merupakan salah satu “top predator” atau pemangsa tingkat puncak penghuni TNGHS.
Sebagai budayawan Sunda yang kental dengan adat istiadat Sunda, Dedi terharu dengan kepedulian sangat tinggi Pemerintah lewat KLHK untuk menjaga dan merawat satwa hingga siap dilepasliarkan. "Saya ucapkan terima kasih kepada KLHK karena telah menjaga hutan yang sangat sakral bagi masyarakat Jawa Barat dan Banten. Hutan ini sakral karena menjadi habitat Elang Jawa yang menjadi representasi dari lambang Burung Garuda Pancasila," pujinya.
Dedi menambahkan, jika sebagai lambang negara maka Burung Garuda tidak boleh dipatahkan sayapnya dan tidak boleh dikurung. Biarkan dia terbang agar hidupnya toleran dengan alam, yang akhirnya dalam Pancasila menjadi papat kalima pancer/papar kalima tunggal. Semuanya bermuara kepada tuhan yang maha esa lalu kemudian lahirlah keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
"Adil itu bagi satwa Elang adalah ketika Elang itu bisa terbang bebas di hutan yang luas dan hutannya dijaga," imbuh Dedi. Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem KLHK, Wiratno menyebut, bertambahnya individu Elang Jawa di dalam kawasan konservasi merupakan bukti nyata keberhasilan kolaborasi konservasi antara masyarakat, melalui rutinnya monitoring yang dilakukan, dan upaya menjaga kawasan hutan yang merupakan habitatnya.
Elang Jawa (Nisaetus bartelsi) yang dilepaskan diberi nama Rahman. Sementara Elang Ular Bido (Spilronis cheela) yang dilepaskan kedua diberi nama Gabriel. Kondisi hutan di TNGHS masih sangat baik khususnya untuk habitat Elang Jawa. Pada 2020 lahir 2 ekor, dan 2021 lahir lagi 3 ekor Elang Jawa di alam.