Jakarta (WartaMerdeka) – "Sekarang, kita terus laksanakan rapat koordinasi bulanan untuk penanggulangan karhutla yang melibatkan berbagai pihak terma
Lintas kementerian-lembaga dilibatkan hingga ke tingkat tapak untuk mencegah karhutla |
Alue memaparkan dalam acara Fprum Merdeka Barat beberapa waktu lalu, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Indonesia 99% disebabkan oleh faktor manusia, baik karena kelalaian atau kesengajaan. Umumnya, dilatarbelakangi pembukaan lahan untuk kebutuhan baik pemukiman pertanian atau perkebunan. Selain itu, juga disebabkan konflik lahan dan kecemburuan sosial.
Diingatkan kembali arahan Presiden pada Rakornas Pengendalian Karhutla di Istana Negara (22/2/2021), agar dilakukan gotongroyong, seperti: (1) Prioritaskan upaya pencegahan, melalui deteksi dini, monitoring areal rawan hotspot, dan pemantauan kondisi harian di lapangan (2) Infrastruktur monitoring dan pengawasan harus sampai ke bawah melibatkan Babinsa, Bhabinkamtibmas, kepala desa, tokoh agama dan tokoh masyarakat untuk memberikan edukasi terus menerus ke masyarakat (3) Cari solusi permanen agar korporasi dan masyarakat membuka lahan dengan tidak membakar (4) Penataan ekosistem gambut dalam kawasan hidrologi gambut harus terus dilanjutkan (5) Jangan biarkan api membesar, harus tanggap dan jangan terlambat sehingga api sulit dikendalikan dan (6) Langkah penegakan hukum dilakukan tanpa kompromi, berikan sanksi yang tegas sehingga ada efek jera.
Dari pengalaman pengendalian karhutla pasca 2015, terdapat tiga klaster utama menjadi strategi solusi permanen pencegahannya. Klaster pertama, pengendalian operasional dalam sistem Satgas Terpadu di tingkat wilayah diperkuat dengan Masyarakat Peduli Api (MPA). Kedua, adanya analisis iklim dan rekayasa hari hujan melalui Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC). Ketiga, pembinaan tata kelola lanskap, khususnya dalam ketaatan pelaku/ konsesi, praktik pertanian, dan penanganan lahan gambut.
Pada 2021, operasi TMC telah dilakukan di Provinsi Riau dan Kalimantan Barat. Hasilnya, secara umum prosentase penambahan curah hujan periode Maret – April 2021 di Provinsi Riau berkisar 33–64% terhadap curah hujan alamnya. Penambahan curah hujannya sekitar 194.3 Juta m3. Di Provinsi Kalimantan Barat, penambahan curah hujan periode Maret – April 2021 berkisar 7–44% terhadap curah hujan alamnya. Penambahan curah hujan di lokasi penyemaian awan sekitar 191.6 Juta m3.
Upaya pencegahan lainnya adalah patrol terpadu dan mandiri. Patroli Terpadu dilaksanakan di Riau ke 50 desa, Kepulauan Riau 2 desa dan Jambi 10 desa. Patroli Mandiri dilaksanakan Manggala Agni yang hingga saat ini telah dilaksanakan pada 567 posko desa di provinsi rawan (sampai April 2021). Wilayah Sumatera 207 desa, Kalimantan 320 desa dan Sulawesi 40 desa.
Pasca peristiwa karhutla 2015, ada perubahan paradigma penanganan karhutla dengan mengedepankan upaya pencegahan. Kemudian, luas karhutla di 2021 sampai dengan 30 April totalnya seluas 28.872 ha. Terdiri dari 9.949 ha terjadi di lahan mineral dan 18.923 ha di lahan gambut. Jika dibandingkan dengan 2020 terdapat penurunan sebesar 90,28% (dh).