Jakarta (WartaMerdeka) – Wisata tematik ini salah satu cara pengemasan produk pariwisata yang erat dengan unsur budaya maupun alam. Di masa pandemi in
Potensi wisata kopi nusantara sangat besar dan perlu dibuat peta napak tilasnya |
Dalam Webinar ini, juga dihadiri Direktur Wisata Minat Khusus Kemenparekraf Alexander Reyaan, Rektor Universitas Dhyana Pura (UNDHIRA) Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., MMA,. MA, Dosen Ilmu Budaya dan Sastra Universitas Udhayana (UNUD), dan Jurnalis Senior Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M. Litt, Dosen Universitas Dhyana Pura Bali & Ketua PPDM Desa Wisata Herbal Dr. Dermawan Waruwu, M.Si, serta Kepala Desa Catur Kintamani I Wayan Sukarata.
Kualitas kopi nusantara juga sudah diakui dunia |
"Jadi wisatawan tidak hanya menikmati kopi fresh dari tempat asalnya, namun juga menikmati suasana pegunungan, coffee plantation, aktivitas panen, bean roasting,mempelajari sejarah serta budaya, dan sebagainya. Sehingga wisata tematik seperti ini diharapkan bisa menjadi trademark wisata nasional," ujarnya.
Indonesia memiliki sumber daya wisata kopi yang kaya, namun hingga saat ini, Indonesia belum memiliki jalur wisata kopi yang komprehensif secara nasional. Oleh sebab itu, Kemenparekraf mencoba menginisiasi pembuatan Indonesia Coffee Trail sebagai salah satu trademark wisata nasional.
"Jalur ini merupakan program jangka panjang yang desainnya kami harapkan dapat terealisasi maksimal dalam 10 tahun. Pada 2020 yang lalu kami telah memulai langkah awal dengan menyusun jalur wisata ini yang salah satu titiknya adalah Bali dan khususnya mengambil beberapa point of interest ke perkebunan kopi di Kintamani," terang Sandiaga.
Sementara I Nyoman Darma Putra, mengatakan, media massa memainkan peranan penting dalam promosi pariwisata dan meningkatkan tourism literacy. Sehingga masyarakat, wisatawan, dan unsur pentahelix lainnya mendukung program pembangunan desa wisata dengan produk inovatif dan berintegritas (jna/dh).