Saat ini begitu berlimpah informasi dan bacaan yang bisa diperoleh gratis lewat internet, sehingga di dunia terjadi tren menurunnya penjualan buku. Se
Era digitalisasi menuntut profesi penulis harus lebih kreatif |
Hal itu diungkapkan Denny JA, Ketua Umum Perkumpulan Penulis Indonesia, SATUPENA, dalam Webinar Obrolan Hati Pena #26 di Jakarta (17/2). Denny merespon masalah penulis dan kepenulisan di Indonesia, yang menghadapi tantangan disrupsi digital. Masalah itu dibahas oleh para koordinator pulau, yang mengkoordinir 34 koordinator provinsi serta para anggota SATUPENA di seluruh Indonesia.
Denny mengakui, revolusi informasi bisa memberi efek pada penulis, berupa berkurangnya nilai ekonomi para penulis. Mengutip data di Amerika, Denny menyebutkan, penjualan buku menurun sebesar 28,3 persen pada 2020. Penurunan ini juga terjadi di bagian dunia lain.
Bukan cuma penjualan buku yang menurun, tetapi pembacanya juga merosot. Menurut survei LSI Denny JA (November 2021), pembaca buku umum di Indonesia cuma 24 persen. Sedangkan pembaca buku sastra lebih kecil lagi, cuma 12 persen. Sebaliknya di Indonesia, pembajakan buku justru meningkat. Data IKAPI pada 2019 menunjukkan, 11 penerbit utama merugi sebesar Rp 116 miliar akibat pembajakan buku.
Denny JA |
Foto: Istimewa