![]() |
Pendidika bukan proses monolog, tetapi dialog |
Ini dikemukakan Denny JA, Ketua Umum Perkumpulan Penulis Indonesia, SATUPENA, dalam Webinar Obrolan Hati Pena #31 di Jakarta (24/3). Diskusi yang diselenggarakan SATUPENA itu membahas pemikiran filsuf pendidikan asal Brasil, Paulo Freire.
Denny menguraikan konteks Indonesia dan fakta-fakta, mengapa usulannya itu perlu diterapkan. Pertama, adanya radikalisme di kampus-kampus. Pada 2019, Setara Institute menemukan ada 10 kampus yang terpapar radikalisme.
Kedua, terjadinya sejumlah kasus kekerasan seksual di lingkungan pesantren, di berbagai wilayah di Indonesia. “Guru mengaji justru melakukan kekerasan seksual pada santri perempuan, bahkan ada yang di bawah umur,” ujar Denny. Ketiga, ada penelitian dari UNESCO Wilayah Asia-Pasifik, yang menyimpulkan bahwa pendidikan di Indonesia kurang mengakomodasi HAM peserta didik.
![]() |
Denny JA |
Foto: Istimewa