Makasar ( WartaMerdeka ) – “Masyarakat Indonesia mengalami defisit kreatifitas atau inovasi keberagaman sosial. Selama ini masyarakat di...
Makasar (WartaMerdeka) – “Masyarakat Indonesia mengalami defisit kreatifitas atau inovasi keberagaman sosial. Selama ini masyarakat diajari secara kolektif merespon masalah dengan cara yang sama, alhasil terjadi penurunan imunitas/daya tahan sosial,” ujar Imam Mujahidin Fahmid saat Seminar Online Pemulihan Ekonomi-Sosial Paska Covid-19, oleh Dewan Profesor Universitas Hasanuddin (UNHAS) Makassar (01/06).
Komentar Imam dilandasi kebijakan yang dilakukan tiap daerah satu dengan lainnya menghadapi saat pandemi relatif sama, padahal situasi dan karakteristik wilayah berbeda-beda. Jadi, mestinya memerlukan pendekatan yang berbeda pula. Rektor UNHAS Dwi Aries Palubuhu menyampaikan hal senada, karena menghadapi new normal dibutuhkan sebuah pemikiran luas secara bijak dengan melibatkan berbagai aspek kehidupan bangsa ini.
“Kita harus selesaikan problem ini berdasarkan pada kearifan lokal masing-masing pemerintah daerah. Selalu mengikuti protokol kesehatan yang sesuai standar. Memiliki roadmap pemulihan pasca pandemik secara terstruktur, bagaimana setiap kegiatan berdasar pada protokol sesuai dengan standar. Kita perlu kesadaran secara struktural, tidak secara individual, dengan melibatkan tokoh masyararakat secara lebih luas. Sehingga mampu dibangun secara komprehensif pemulihan ekonomi sosial secara tepat,” ucap Dwi Aries
“Kekuatan sosial jauh lebih penting dibandingkan dengan kekuatan teknis. Ini penting karena jika ada gejolak, maka entitas sosial yang akan menyelesaikan, bukan menggantungkan pada negara. Jika ini bisa dilakukan maka inovasi berbagai kebijakan ekonomi-sosial dapat lebih efektif,” jelas Imam. Menurutnya, masuki masa new normal adalah pemihakan pada 4 sektor. Pertama, sektor UMKM dan Koperasi berbasis Digital. Kedua, Kebijakan Pertanian berbasis Industri dan Digital. Ketiga, Kebijakan Industri berbasis Sumber Daya Lokal dan Nasional, serta berorientasi ekspor, dan Keempat, Kebijakan Perdagangan Regional dan Internasional berbasis Sumber Daya Domestik Hilir.
Acara Seminar dihadiri oleh Rektor Universitas Hasanuddin Makassar, Guru Besar UNHAS seperti Prof. Saleh S. Ali, Prof. Marzuki, Prof. Amran Razak, Dekan dan Ketua Program Studi, serta 2.324 peserta dari berbagai kalangan akademisi, praktisi, birokrat, dan masyarakat umum di seluruh Indonesia (ma).
Foto: abri