Jember (WartaMerdeka) – Direktorat Jenderal Penegakkan Hukum Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Ditjen Gakkum KLHK) dan Tim Gabungan melakukan Operasi Simpatik Pemulihan Keamanan Kawasan Hutan Taman Nasional Meru Betiri (TN Meru Betiri) pada 16-19 September 2020. Kegiatan tersebut, seperti menyapu jerat binatang dan pasang papan himbauan/larangan di jalur rawan di Blok Pal I Jatian, Blok Pal I Durenan dan Blok Sumber Ayu (Resort Sumber Pacet), SPTN Wilayah III Kalibaru, dalam kawasan TN Meru Betiri.
Salah satu alat jebakan untuk satwa dari oknum tak bertanggungjawab ditemukan di TN Meru Betiri |
Kegiatan tersebut, seperti menyapu jerat binatang dan pasang papan himbauan/larangan di jalur rawan di Blok Pal I Jatian, Blok Pal I Durenan dan Blok Sumber Ayu (Resort Sumber Pacet), SPTN Wilayah III Kalibaru, dalam kawasan TN Meru Betiri.
Operasi Simpatik Pemulihan Keamanan Kawasan Hutan seluas 14.600 hektar terdiri dari Ditjen Gakkum KLHK, Balai TN Meru Betiri, Polres Banyuwangi, Polsek Glenmore, Polsek Kalibaru, Koramil Glenmore, Koramil Kalibaru beserta tokoh masyarakat dan pemuda Desa Karangharjo.
Dirjen Gakkum KLHK, Rasio Ridho Sani, menyebut, upaya memulihkan keamanan kawasan hutan tak hanya untuk kelestarian hutan dan isi di dalamnya, tetapi juga untuk kesejahteraan masyarakat sekitar hutan.
Selain melakukan pengamanan, tim gabungan juga membagi sembako, alat pelindung diri (APD) dan 90 bingkisan kepada masyarakat sekitar hutan sebagai upaya mencegah penyebaran Covid-19 sambil sosialisasi peraturan terkait dengan konservasi taman nasional.
Direktur Pencegahan dan Pengamanan Hutan KLHK Sustyo Iriyono mengatakan, KLHK beserta tim gabungan selalu mengedepankan upaya pre-emtif dan preventif untuk memulihkan keamanan kawasan hutan konservasi seperti kegiatan di TN Meru Betiri ini. Sustyo juga menambahkan, aktivitas di Meru Betiri telah menyelamatkan 14.600 hektar hutan beserta satwa yang dilindungi.
"Dengan terbebasnya TN Meru Betiri dari gangguan dan kerawanan, alam akan mengembalikan kondisinya secara alami dan memberikan kehidupan bagi satwa liar seperti banteng (Bos javanicus), macan tutul (Panthera pardus melas) dan merak hijau (Pavo muticus). Ketika kondisi pulih kembali, hutan akan memberikan manfaat berupa tata air dan mencegah longsor untuk masyarakat,” papar Sustyo Iriyono (ma).