Jakarta (WartaMerdeka) – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) bahas strategi kom
Manajemen krisis yang matang dan terencana, bantu atasi masalah saat mitigasi seperti kasus pandemi |
Jakarta (WartaMerdeka) – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) bahas strategi komunikasi krisis bagi industri pariwisata di masa pandemi Covid-19, dalam forum ASEAN Sustainable Tourism Solutions Expo/ASTSE 2020.
ASTSE merupakan platform regional yang mendorong solusi pariwisata berkelanjutan, teknologi efisiensi sumber daya, diskusi tentang ketahanan krisis dan praktik terbaik negara-negara ASEAN. Tahun ini, ASTSE digelar secara virtual oleh Laos.
Kepala Biro Komunikasi Kemenparekraf/Baparekraf, Agustini Rahayu, dalam salah satu virtual conference ASTSE 2020 bertema “Crisis Communication for Tourism Destinations” (5/11) menyampaikan, dalam menangani komunikasi krisis, Kemenparekraf memaksimalkan berbagai platform digital untuk menyebarkan informasi penanganan dampak pandemi di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.
Selain itu, Kemenparekraf juga bekerja sama dengan stakeholders terkait, seperti instansi pemerintah dan swasta, serta komunitas pariwisata dan ekonomi kreatif agar dapat menjangkau khalayak yang lebih luas dalam menyebarkan informasi mengenai program dan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah.
Agustini menambahkan, pada masa pandemi, Kemenparekraf menemukan kekuatan baru dalam komunikasi krisis, yaitu pesan resiliensi pelaku parekraf dan optimismenya dengan toleransi dan gotong royong. Mereka yakin akan mampu melalui krisis ini dan siap untuk bangkit lebih kuat. Pesan inilah yang perlu digaungkan oleh seluruh anggota ASEAN, agar senantiasa menumbuhkan kepercayaan wisatawan, baik dalam maupun luar negeri.
Pemanfaataan berbagai platform media sosial seperti Facebook, Instagram, Twitter, dan Youtube untuk memberikan informasi terkait pandemi Covid-19 juga dilakukan pemerintah Malaysia, seperti diungkapkan Senior Director of Communication, Tourism Malaysia, Iskandar Mirza Mohd Yusof. “Selain itu, ketika situasi krisis ini mulai kembali pulih, platform digital tersebut dimanfaatkan untuk memberikan informasi terkait promosi di destinasi wisata yang ada di Malaysia, seperti membuat paket-paket liburan yang menarik wisatawan untuk berlibur di suatu destinasi,” ujar Iskandar.
Sementara General Director Clickable Impact Consulting Group Jason Lusk menyebut, terdapat empat cara dalam menangani komunikasi krisis. Pertama, always be listening. “Dalam hal ini kita harus tahu bagaimana membangun alarm system, salah satunya dengan cara memantau jumlah mention di media sosial terkait perusahaan atau instansi kita,” tutur Jason.
Kedua, perencanaan menghadapi krisis. Ketiga, implementasikan protokol penanganan krisis yang sudah dibuat ketika krisis datang. Terakhir, melakukan evaluasi terhadap perencanaan dan implementasi yang telah dilakukan.
“Krisis memang terjadi secara tiba-tiba, oleh karenanya sangat penting bagi setiap industri, khususnya pariwisata, untuk memiliki perencanaan krisis yang matang, sehingga ketika krisis itu datang, pelaku industri pariwisata sudah siap untuk menghadapinya,” ungkap Jason (vh/dh).
Foto: abri