Jakarta (WartaMerdeka) – “Pemahaman yang baik tentang geopolitik sumber daya hutan akan memberikan kemampuan bagi rimbawan untuk mewujudkan peran dan
![]() |
Era Presiden Jokowi dengan pemanfaatan hutan di Indonesia menjadi perhatian dunia |
Oleh karena itu, setiap rimbawan Indonesia mutlak dituntut paham kondisi geopolitik sumber daya alam, khususnya hutan atau kehutanan sekaligus mampu mengejawantahkan sebagai bagian aktualisasi kepentingan nasional melalui pembangunan kehutanan yang berkelanjutan dan bertanggung jawab.
Dalam serial Webinar mengusung tema “Tantangan dan Peluang Mewujudkan Peran Geopolitik Sumber Daya Hutan Menuju Indonesia 2045”, Alue mengungkapkan salah satu perubahan nyata paska perang dingin dan dimulainya era globalisasi adalah dinamika isu dan agenda pengelolaan sumber daya alam. Keberadaan dan peran sumber daya alam semakin berkembang, berperan kian penting serta strategis di dalam arena politik global. Situasi seperti ini juga terjadi di Indonesia.
Ada empat hal melandasi dinamika pengelolaan sumber daya alam tersebut. Pertama, arus globalisasi yang telah mendorong peningkatan perdagangan bahan baku (raw materials) berbasis sumber daya alam. Kedua, pertumbuhan penduduk dunia sekaligus dampaknya meningkatkan kebutuhan terhadap sumber daya energi, pangan, pakan, obat-obatan, dan berbagai material sumber daya alam lain. Ketiga, kemiskinan masyarakat di negara terbelakang (under developing countries), memperburuk tingkat kerusakan sumber daya alam. Keempat, adanya perubahan iklim, polusi dan penurunan kualitas lingkungan yang berpengaruh terhadap suplai sumber daya alam.
![]() |
Wakil Menteri LHK Alue Dohong saat menanam mangrove |
Selain memanfaatkan potensi hutan kayu, Presiden komit meningkatkan nilai hasil hutan bukan kayu dan jasa lingkungan. Selain potensi ekowisata, Indonesia ke depan harus berbasis pada keberagaman sosial dan budaya masyarakatnya. Potensi ini, dengan berlimpahnya hutan tropis dan keberadaan keanekaragaman hayatinya, menjadikan Indonesia sebagai negara dengan ekowisata terbesar di dunia.
“Perlu saya sampaikan di sini, potensi jasa lingkungan khususnya karbon bisa menjadi modal besar bagi bangsa Indonesia ke depan. Karena kita tidak perlu mengeksploitasi secara berlebihan, justru kita menjaga ekosistem hutan agar karbon yang tersimpan di dalamnya dapat kita valuasi sehingga bisa menjadi penerimaan negara yang luar biasa,” papar Wamen LHK (ma).